Suatu hari yang dingin setelah sebelumnya hujan turun dengan sangat lebat, seorang lelaki telihat berjalan perlahan menyusuri jalan desa diiringi seorang gadis kecil yang berjalan dengan langkah-langkah kecil di sampingnya.
Ketika tiba di sebuah penyebrangan anak sungai yang hanya dihubungkan oleh sebuah jembatan kayu, mereka sama-sama tertegun melihat derasnya air yang mengalir di bawah jembatan itu tidak seperti biasa.
Dipenuhi rasa khawatir, lelaki itu kemudian berkata pada si gadis kecil; "Nak, naiklah ke punggung ayah, berpegang yang kuat pada bahu ayah supaya engkau tidak terjatuh." katanya sambil berjongkok bersiap-siap untuk menggendong anaknya. Namun si anak tidak bergeming dan berkata; "Tidak mau, ayah!"
Agak keheranan, lelaki itu berbalik dan berdiri sambil menatap gadis kecilnya. "Kenapa?" tanyanya keheranan. Si gadis kecil mendongakkan kepala, berbalik menatap wajah ayahnya lurus-lurus. "Aku lebih suka ayah menuntunku daripada menggendongku." Katanya pendek.
Si ayah menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum kecil, "Bukankah digendong atau dituntun itu sebetulnya sama saja?" tanyanya lagi sambil meraih tangan anaknya untuk dituntun.
"Tidak sama, ayah!" kata si gadis kecil nampak gembira saat merengkuh tangan ayahnya.
"Jika aku yang berpegangan pada ayah, maka seandainya peganganku terlepas kemudian sesuatu terjadi padaku, sangat mungkin ayah tidak dapat menolongku. Tapi jika ayah yang memegang tanganku, apapun yang terjadi, aku percaya sepenuhnya ayah tidak akan pernah melepaskan tanganku!" katanya sambil mulai melangkahkan kaki-kaki kecilnya meniti jembatan kayu itu dengan mantap.
[Dari Jai Sai Ram's It is different]
1 Komentar
Sebagian komen atas tulisan ini dapat dilihat di bawah note saya di facebook dengan judul yang sama.
BalasHapusTerima kasih.