Kasus Bank Century, Akan Hilang Ditelan Masa

Salah seorang anggota Gerakan Indonesia Bersatu (GIB) yang tak lain adalah Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, mengungkapkan ada lima indikasi dugaan barter kasus skandal Bank Century dengan kasus hukum lainnya.‎

Ray, kepada Persda Network, Senin (8/3/2010) mengungkapkan, indikasi pertama adalah gagalnya pembentukan badan pengawas tindak lanjut rekomendasi pansus. Alasannya bahwa, badan tersebut dimaksudkan bila kasusnya sudah masuk ke pengadilan dan lain sebagainya.

"Atau seperti yang disinyalir oleh Marzuki Alie bahwa pengawasan cukup diserahkan kepada Komisi III karena sudah sesuai dengan wewenangnya. Indikasi yang kedua, membiarkan Boediono dan Sri Mulyani tak tersentuh hukum dan bahkan tak dilengeserkan dari jabatannya. Untuk memuaskan kemarahan masyarakat, maka jajaran dirjen, deputi dari lingkungan Depkeu dan BI akan tetap diperiksa bahkan mungkin akan ditetapkan sebagai tersangka," kata Ray.

Indikasi yang ketiga, adanya upaya menaikkan rekomendasi DPR menjadi hak menyatakan pendapat tak akan terealisasi. Kasus ini akan dibiarkan mengambang sampai sayup hilang ditelan waktu."Mungkin, riak-riak akan dibuat di awal, tapi tak lebih sebagai upaya mengaburkan jejak untuk hilang bersama dengan kasus lain yang akan muncul. Saya juga mengindikasikan, tidak akan ada reshuffle kabinet dan pecah kongsi koalisi di eksekutif, setidaknya hingga 2010. Akan aman seluruh menteri yang ada," lanjut Ray.

Teriakan Demokrat dan PAN agar dilakukan perampingan koalisi, dianggapnya, hanyalah dapat dibaca sebagai bagian dari cara tawar menawar tersebut. Semacam perang urat syaraf untuk mencari titik konpromi yang saling menguntungkan.

"Pada indikasi yang kelima, akan dimunculkan isu demi stabilitas, pembangunan ekonomi, kenyamanan investor, kelelahan politik dan lain sebagainya. Maka, persoalan-persoalan yang terkait dengan Bank Century sementara ditunda untuk kembali fokus pada pembangunan ekonomi. Kami sudah bisa menebak cara-cara seperti itu," tandas Ray Rangkuti.


Sumber:
KOMPAS Online | Senin, 8 Maret 2010 | 18:55 WIB

Posting Komentar

0 Komentar