Secangkir Kopi dan Rakyat Yang Loyo


PUBLIK bertanya, kelebihan dosis kafein dalam botol minuman yang sekarang dilarang, sebab menyalahi peraturan ataukah menyalahi medis? Bung Hotang tak lagi sigap menyetir Metromini kalau belum menenggak sebotol minuman berkafein di siang bolong. Pak Amat perlu tiga gelas kopi tubruk sehari supaya beres tugas hariannya. Bukan sedikit ibu rumah tangga berutang budi pada kopi. Berkat secangkir kopi, kendati merasa kurang tidur malam, masih bisa melotot sepanjang siang.

Salahkah minum kopi?

Kopi masih misteri medis. Dalam kopi terkandung ratusan zat kimia. Yang kita tahu cuma kafeinnya. Kafein kopi sendiri tidak lebih jahat dari nikotin rokok, atau minuman beralkohol. Memang, kopi bisa menyandu, tapi secara medis kafein belum tentu selalu bersalah. Ihwal kopi sampai sekarang masih terus tumbuh kontroversi medis. Ada yang takut dan bimbang, tapi kafein tetap sahabat medis. Dokter masih menambahkan kafein dalam racikan obatnya, mungkin sampai 100 mg sekali minum. Dan pasien tidak tewas.

Orang yang peka kafein mungkin jantungnya berdebar saban minum kopi. Kelompok orang begini, tahu sendiri untuk menjauhi kopi. Dokter tentu tidak memberi racikan berkafein kepada pasien darah tinggi, penyakit jantung, atau punya riwayat sakit mag. Maka, sampai sekarang, kopi sah-sah saja hadir dikonsumsi publik tanpa perlu resep dokter. Bahkan permen yang terbuat dari kopi masih boleh diproduksi, jadi kegemaran anak pula.

Sebetulnya, rakyat jelata kebanyakan gandrung penyegar badan. Dari dulu,rakyat doyannya minum jamu supaya bugar, dan masih terus mencari pembugar lain yang bisa memberi rasa tidak loyo. Tak salah kalau pasar penuh sesak dengan produk dengan janji seperti itu. Produsen jeli membaca peluang, dan kreatif menjawab permintaan publik yang rata-rata terlihat loyo, dengan menjual pemberi rasa segar sesaat. Oleh sebab itu, memang tak ada yang baru dalam komposisi minuman pemberi rasa bugar kecuali hanya dengan menambahkan sedosis cangkir kopi instan. Minuman yang digandrungi rakyat jelata itu kini bermasalah. Konon, lantaran sang produsen tak lurus hati. Ditulis di label kafeinnya 50 mg, setelah diperiksa secara acak kedapatan sampai 80 mg. Rakyat bertanya, apa kelebihan dosis 30 mg kafein begitu merisaukan medis, sehingga membuat penggemarnya gamang?

Mari kita simak potret medis tubuh Pak Amat. Sejak muda hobinya minum kopi tubruk. Dibandingkan dengan kopi saring dan kopi instan, kopi tubruk lebih pekat dan utuh zat-zatnya selain kafein. Zat surfanctant di antaranya. Badan Pak Amat harus distimulan oleh tiga gelas kopi tubruk setiap hari supaya pekerjaan hariannya tetap bisa beres. Menurut medis, secangkir kopi tubruk atau kira-kira 150 ml mengandung 110-150 mg kafein. Jika yang diseruput Pak Amat sehari rata-rata tiga gelas kopi tubruk, berapa kafein dan zat lain yang kita belum tahu mudaratnya masuk ke dalam darah setiap hari kalau segelas berarti 200-300 ml kopi?

Jangan lupa, kafein juga terdapat dalam minuman cola, teh, cokelat, dan obat warung. Sebagai obat stimulansia yang dijual bebas, per tablet bisa mengandung 200 mg kafein, dalam obat flu dosisnya 32-65 mg, dan kafein obat demam bisa sampai 30 mg. Sebetulnya minuman cola tak diperkenankan buat konsumsi anak, sebab kandungan 40 mg kafeinnya. Secangkir teh instan memberi 28 mg kafein (kadarnya menjadi 50 mg kalau diminum lima menit setelah diseduh); sekaleng ice tea berisi 36 mg kafein, dan sepotong cokelat hitam berisi 35 mg kafein. Kafein secangkir kopi instan saja berisi 40-108 mg. Hanya kopi decafeinated yang kafeinnya cuma 2-5 mg. Orang baru memikul dosis fatal kafein jika dalam sehari minum 50 cangkir kopi.

Badan loyo memang butuh stimulan penyegar. Tak salah kalau kopi pilihannya. Tapi, obat loyo rakyat jelata bukan kopi, melainkan tambahan gizi, dan butuh gaji lebih tinggi. Jika badan kurang gizi, otomatis kurang darah, kurang protein, dan vitamin-mineral untuk waktu lama. Kondisi begini yang bikin rata-rata rakyat lemah-letih-lesu bertahun-tahun.

Tengok kondisi rata-rata pegawai negeri kita dari dulu. Pagi tak sempat sarapan, porsi makan kurang, atau makan tak tentu, bikin tubuh yang sudah loyo bertambah loyo. Duduk di bus kota lekas mengantuk. Kalau bekerja cepat lelah, padahal porsi kerja harus meningkat buat cari tambahan. Masuk akal jika ujung-ujungnya pegawai kita rata-rata jadi loyo berat. Kopi memang membantu orang loyo, tapi bukan sebuah solusi. Oleh karena yang paling praktis dan tersedia di depan mata rakyat hanya dengan menenggak minuman penawar badan yang lemah-letih-lesu, maka minuman sejenis itu terus saja digandrungi. Bahwa ada dongeng minuman berkafein bisa menewaskan, secangkir kopi pun sebetulnya bisa sama bikin semaput kalau diminum waktu perut kosong, atau jika orang lagi jantungan. Kafein meninggikan lemak darah. Yang berkolesterol tinggi sebaiknya tidak berkopi-ria. Sedangkan kaitan kopi dengan penyakit jantung koroner masih saja simpang siur. Lepas dari efek mudarat kopi, kafein bermanfaat mencegah terbentuknya batu empedu. Minum 32 mg kafein sebelum otak dipakai memperbaiki daya ingat, laju membaca bertambah, meningkatkan kewaspadaan, dan kopi sama sekali tidak bikin dungu seperti kata nenek kita dulu. Buktinya Bill Clinton, kendati doyan ngopi, nyatanya malah jadi presiden.


KOLOM | Gatra No#42 | 3-10-2001 | Oleh: dr. Handrawan Nadesul

Posting Komentar

16 Komentar

  1. Mirip dengan pak Ahmad, tubuh saya juga sudah belasan tahun belakangan ini selalu memerlukan stimulan bernama keren "kafein" antara 3 s/d 4 gelas sehari, terutama jika sedang berusaha fokus pada suatu pekerjaan yang menuntut ketelitian. Hanya saja mungkin sedikit berbeda dengan kebanyakan orang. Kendati belum 5 menit lalu minum kopi, jika saya ingin tidur, ya, saya tidur saja. Tidak pakai repot seditpun. Artinya ungkapan yang pas buat saya adalah; "saya tidak bisa minum kopi kalau tidur" bukan "saya tidak bisa tidur kalau minum kopi." Koq bisa ya, dok?

    BalasHapus
  2. lupa kan ma rokonyah....... hidup rayat yang loyo yang bisa trus brtahan hny dgn scangkir kopi.....salute & standing applause

    BalasHapus
  3. Bang, kok tumben Elis "katut" juga di sini ya? Gak salah ni? xixixixi .....

    BalasHapus
  4. Dik, speaking of coffee making, you still are the best! Ingat kopi, ya, ingat Elis.... mo cmana lagi? Coba?

    BalasHapus
  5. Setahu saya tidak ada satu buku ajar kedokteran yang melarang minum kopi.

    BalasHapus
  6. Tapi dok, seingat saya katanya kopi panas itu tidak baik untuk mata?

    BalasHapus
  7. Kopi dangdut yang tidak baik untuk mata Bang he he he

    BalasHapus
  8. Mestinya rakyat yg loyo banyak menjual kopi biar dapat duit untuk beli secangkir kopi agar tidak loyo....gitu gak ?

    BalasHapus
  9. Hmmmmmm... coffee... kopi Medan sadaaaapp bang.. beneeerr deeech...

    BalasHapus
  10. Betul tapi menurut saya kopi Bireun lebih menyengat

    BalasHapus
  11. Iyaa very true... blissful coffee.. selamat menikmati kopi everyone..

    BalasHapus
  12. @Dev, walau daku termasuk heavy coffee drinker, tapi kalo disuruh milih antara Kopi Naga Sangihe (yang dari Medan itu) atau coklat meleleh .... aku tetap milih yang belakangan. Suwer!
    @Dok, kopi Bireun bisa bikin yang jantungan semaput, kopi dangdut bikin indonesia nambah 1 lagi plagiator lagu-lagu ex Latin Jazz, dan kopi panas kalo keciprat mata. wah! betul-betul tidak baik deh ...
    @Om Dikdik, betul! daripada dipake beli Ponari Sweat? Yang di kaleng harganya lebih mahal dari bir bintang lho?
    @Dani, enak ya punya abang kaya' aku ini? Diminta beresin problem berpeti-peti, sesajennya cukup serenceng kopi instant en rokok kemenyan? wakakakakk .....

    BalasHapus
  13. Bang, kalau tahun 2001 saja menurut Pak Hans rakyat negri ini sudah begitu loyonya, sekarang ini sebutannya apa dunk? Masih tetap loyo? sudah loyo? sangat loyo? super loyo? atau sonto ......

    Ah! Sepertinya yang disebut terakhir itu gak cocok untuk rakyat deh!

    BalasHapus
  14. Terima kasih buat mengangkat kliping lama saya, dan thanks buat komentar. Kopi menyehatkan kalau diminum secukupnya. Tapi minuman penyegar yang berjuluk smart drink itu lo yang perlu diwaspadai. Termasuk kopi decafeinated ya, yang merusak sel darah merah. Maka kopi tubruk masih pilihan.

    Di Manado ada Rumah Kopi sejak zaman dulu. Mari kita ngopi dulu, kita samua basudara toh...He he he kata Om Tontje.

    BalasHapus
  15. Mari, Pak Hans. Mari minum kopi bersama....

    BalasHapus
  16. Halo Agus,
    Tentu lebih baik secangkir kopi ketimbang "poNari Sweat" kan...He he he....

    Salam

    BalasHapus